Pembayaran mobile saat ini sudah menjadi bagian esensial bagi platform digital. Menurut data Mordor Intelligence, ruang pertumbuhan sistem pembayaran ini masih sangat besar di Indonesia. Dari tahun 2022 hingga 2027 nanti, diproyeksikan pertumbuhannya bisa sampai CAGR 29,5%.
Seperti diketahui, pembayaran mobile paling populer di Indonesia saat ini terbagi menjadi dua jenis platform, yakni e-wallet dan e-money. Kendati keduanya tampak mirip, namun secara teknis memiliki fungsi yang berbeda; pun dari sisi regulasi yang memayunginya.
Dalam sebuah kegiatan survei yang dilakukan LinkAja bersama DealStreetAsia terhadap 1000 pelaku UMKM di beberapa provinsi di Indonesia, ditemukan fakta bahwa e-wallet saat ini menjadi metode pembayaran terbesar kedua setelah cash (tunai). Menariknya, tren penggunaan e-wallet (dilihat dari frekuensinya) juga cukup merata antara pelaku UMKM di kota tier 1 s/d 4.Survei mengatakan, 97% dari responden pernah menggunakan e-wallet setidaknya satu kali. Lebih dari setengah total responden juga mengatakan bahwa adopsi e-wallet baru dimulai saat periode pandemi.

QRIS punya potensi
Saat ini pengguna disuguhkan dengan pilihan e-wallet yang cukup beragam. Kemudian QRIS hadir menjadi medium transaksi yang memudahkan, baik di sisi merchant maupun konsumer. Dengan satu kode yang disediakan, merchant bisa menerima pembayaran digital dari e-wallet mana saja.
Adanya standardisasi ini disambut baik oleh responden. Sebagian besar responden sudah pernah menggunakan QRIS dan mengatakan bahwa penerapannya bisa memberikan benefit tersendiri bagi pelaku UMKM.
Di sisi lain, QRIS juga dinilai dapat menjadi gerbang transformasi digital bagi ritel tradisional. Dengan terdigitalisasinya sistem pembayaran, dapat membuka peluang bagi pemilik usaha untuk meningkatkan kemampuan bisnisnya โ misalnya menjadikan mereka memiliki variabel skor kredit untuk pengajuan pinjaman produktif di fintech lending.
Optimasi data e-wallet dengan Open Finance
Di luar manfaat yang diberikan atas digitalisasi sistem pembayaran dengan e-wallet, sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dimaksimalkan dari tren pertumbuhan ini. Salah satunya pemanfaatan data transaksi yang dihasilkan. Open Finance menghadirkan serangkaian teknologi untuk mampu mengubah data-data tersebut menjadi insight yang berharga bagi institusi finansial โ di samping untuk meningkatkan potensi keterlayanan masyarakat atas layanan dari lembaga jasa keuangan.
Data e-wallet, atas izin dan otorisasi dari penggunaannya, bisa dibaca melalui platform agregasi akun. Caranya, sebuah institusi keuangan bisa menghadirkan platform yang memudahkan pengguna untuk menghubungkan akun e-wallet yang dimiliki ke dalam sebuah dasbor. Setelah autentikasi berhasil, dasbor tersebut akan melakukan sinkronisasi data, membaca data transaksi yang ada โ tentu dengan sistem enkripsi dan keamanan data yang solid.
Finantier adalah salah satu penyedia Open Finance yang juga menghadirkan layanan Account Aggregation. Dengan mekanisme Open API, pengembang layanan finansial dapat menghubungkan layanan ini ke aplikasi yang mereka kembangkan. Sehingga di dalam aplikasi tersebut, mereka bisa mendapatkan kapabilitas untuk menghubungkan berbagai akun-akun finansial, termasuk e-wallet, ke dalam sebuah dasbor terpadu.
Account Aggregation milik Finantier juga menyediakan fitur analisis yang memudahkan pembacaan data untuk tujuan tertentu. Misalnya untuk melihat tren transaksi bulanan di sebuah merchant guna memahami proyeksi omzet mereka.
Data dari agregasi akun tersebut selanjutnya juga bisa diolah untuk berbagai kepentingan lain, misalnya digunakan untuk alternative credit scoring. Layanan ini akan sangat berguna bagi pelaku UMKM yang ada di kalangan unbankable. Biasanya untuk mendapatkan skor kredit, lembaga keuangan akan memanfaatkan data dari SLIK yang berisi riwayat transaksi di perbankan โ sementara bagi kalangan unbankable data tersebut tidak tersedia, sehingga menyulitkan lembaga keuangan untuk memberikan fasilitas kredit.
Layanan alternative credit scoring yang dimiliki Finantier bisa memproses data-data sekunder, seperti dari transaksi e-wallet untuk menjadi sebuah skor kredit yang berguna bagi lembaga keuangan. Implementasinya juga dapat berbentuk embedded finance, layanan credit scoring tersebut bisa menyatu ke dalam UX di aplikasi yang dikembangkan, memungkinkan pengguna tetap mendapatkan pengalaman mulus saat melakukan proses on-boarding.
Sampai di sini dapat disimpulkan, lewat Open Finance, berbagai data finansial dapat dikaryakan untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat, memberikan insight penting terkait profil nasabah. Untuk informasi lebih lanjut tentang use case, produk, dan implementasi Open Finance, kunjungi situs Finantier melalui: https://finantier.co.