Layanan fintech lending kini ada di mana-mana. Tidak sekadar berbentuk pinjaman tunai, bentuknya sudah semakin luas, mulai dari pembiayaan konsumtif (paylater), pembiayaan kredit kepemilikan properti (proptech), pembiayaan pendidikan, dan skema lainnya. Namun demikian, sebenarnya secara proses bisnis semuanya memiliki pola yang seragam, khususnya jika berbicara di ranah teknis.
Salah satu aspek terpenting dalam bisnis lending adalah proses penilaian kredit atau credit scoring. Penyelenggara layanan harus mampu membuat credit scoring yang komprehensif untuk memastikan bisa melakukan kurasi calon nasabah dengan baik. Memastikan orang-orang yang dipilih benar-benar memiliki daya pengembalian, sehingga tidak menyebabkan kredit macet.
Artikel ini akan membahas, bagaimana sebuah penyedia layanan fintech lending membangun platform credit scoring secara efisien dengan Open Finance.
Credit Scoring Digital
Dalam memberikan pelayanan, platform fintech lending mengandalkan aplikasi atau situs web untuk memproses administrasi dari ujung ke ujung. Hal ini membuat layanan credit scoring pun harus menyesuaikan bentuknya, melakukan proses penilaian dengan mekanisme digital. Melihat kebutuhan tersebut, Open Finance menghadirkan layanan infrastruktur yang bisa dimanfaatkan penyedia layanan untuk mengefisiensikan proses pengembangan.
Open Finance sendiri sebenarnya memiliki banyak varian fitur, salah satunya adalah Digital Credit Scoring. Memanfaatkan data-data digital yang dimiliki konsumen, Digital Credit Scoring bisa menghasilkan sebuah skor kelayakan kredit seseorang. Implementasinya berbentuk embedded finance, yang artinya kapabilitas tersebut akan diintegrasikan secara native ke dalam aplikasi yang ada. Sehingga dari sisi UI/UX tetap bisa mengalir sesuai proses bisnis yang telah dikembangkan sebelumnya.
Alternative Credit Scoring
Seiring perkembangannya, data-data digital semakin banyak diutilisasi untuk berbagai kebutuhan, termasuk digunakan sebagai variabel penilaian kredit. Ini mematahkan limitasi yang ada, jika sebelumnya penilaian kredit selalu dilandasi data-data terkait perbankan, kini institusi finansial telah memiliki opsi yang lebih luas. Secara regulasi, model ini disebut dengan Alternative Credit Scoring.
Alternative Credit Scoring adalah bagian dari regulatory sandbox yang ada di Otoritas Jasa Keuangan. Penyelenggaranya memiliki tujuan untuk mengolah data selain data kredit ataupun turunannya menggunakan algoritma tertentu melalui teknologi informasi untuk menghasilkan nilai kredit. Cara kerjanya seperti pada bagan berikut ini:

Adapun data-data yang biasa digunakan sebagai variabel dasar dalam melakukan penilaian di antaranya:
- Data telekomunikasi.
- Transaksi e-commerce.
- Transaksi e-wallet.
- Data media sosial.
- Data pembayaran PPOB.
- Data lainnya.
Data-data tersebut didapat dan diolah setelah mendapatkan otorisasi dari pengguna. Sehingga pada dasarnya pengguna tetap memiliki kendali penuh terkait perizinan penggunaan data. Penyedia Alternative Credit Scoring juga biasanya bekerja sama dengan pihak ketiga melalui mekanisme API untuk dapat melakukan agregasi data-data tersebut di atas — misalnya bekerja sama dengan pemilik e-commerce untuk mendapatkan data histori pembelian.
Finantier Credit Scoring
Finantier Credit Scoring adalah layanan Open Finance terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan yang menyediakan fitur Alternative Credit Scoring. Menggunakan mekanisme Open API yang aman, sebuah penyelenggara layanan fintech lending dapat menghadirkan sistem penilaian kredit yang komprehensif. Kemampuan yang dimiliki memungkinkan penilaian kredit dilakukan dalam hitungan detik, untuk menghasilkan skor-skor yang relevan terhadap calon nasabah.
Selain kinerja yang cepat, Finantier juga mengutamakan tingkat keandalan dengan jaminan uptime mencapai 99,9%. Di samping itu, sistem keamanan dan privasi data juga diandalkan. Saat ini Finantier telah membukukan sertifikasi ISO:27001 berkaitan dengan manajemen keamanan sistem.
Sesuai visinya, yakni menjadi mesin pendorong generasi selanjutnya layanan keuangan digital di Asia Tenggara, produk-produk Open Finance yang dikembangkan diharapkan bisa turut mendorong percepatan inklusi keuangan di kawasan tersebut. Misalnya dengan Alternative Credit Scoring yang memungkinkan kalangan unbankable memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan fasilitas kredit dari berbagai lembaga keuangan — termasuk untuk para pelaku UMKM di daerah.